FOKUS – Volume II / Edisi 15 Juni – 15 Juli 2008

Oleh Redaksi LPM Newsletter

Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang sering dilontarkan terhadap hadirnya Newsletter LPM “Rasakanlah Makna” sejak berupa konsep sampai volume ke-2nya.

Apa tujuan diterbitkannya newsletter ini?

LPM bertujuan untuk mengakrabkan diri dengan santri WeHars dan tempat berbagi informasi.

Dari mana biaya penerbitan News letter?

Dari kas lembaga dan donatur-donatur yang baik hati.

Bagaimana caranya megirim artikel ke redaksi?

Ada dua cara. Yang pertama, kami memberikan kemudahan dalam hal ini. Manfaatkan kotak saran di asrama. Dan yang kedua melalui situs https://lpmnews.wordpress.com

Berapa copy setiap edisinya

20-30 eksemplar, tapi…tergantung tirkah yang kami dapat juga sih kalau dananya banyak, sampai 100 eksemplar kaleee! hehehe.

Kira-kira kriteria tulisan seperti apa yang bisa dimuat ?

Ya jelas yang bertamakan kamasyarakatan, ide-ide kreatif untuk memajukan lpm kita, pusi dan cerita bemuatan hikmah juga boleh!

Kenapa dinakaman “Rasakanlah Makna”?

Karena motto newsletter ini menuliskan makna dari setiap pengalaman, tanpa prasangka teoretis, untuk kita lakukan verifikasi bersama.

Kenapa Tidak Ada Susunan Redaksinya?

Wah penasaran ya?Ada kok, Staf redaksi adalah segenap pengurus LPM dibawah lisensi Sekjen LPM.

Berapa hari sekali terbit?

Insya Allah terbit 30 hari sekali. Doa’kan bisa istiqomah. Amin….

Kenapa tampilannya sederhana?

Kami buat sesederhana mungkin agar tampil elegan dan berwibawa. Tapi tak lepas dari unsur estetis, dan tentunya akan selalu memikat hati pembaca [WeHars]

Adakah kolom pembaca?

Ada. Kami menunggu komentarya terhadap media / lembaga ini. Manfaatkan blog kami.

***

Kata Kunci: Rasakanlah Makna, Wahid Hasim, Pondok Pesantren Yogyakarta

© 2008 LPM Wahid Hasyim, Hakcipta Terpelihara

Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPM) Yayasan Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta

Sekretariat: Jl. Wahid Hasyim Gaten, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta 55283 Telp. 484284

Email: lpm_wahidhasyim@muslim.com

FRAGMEN – Volume I / Edisi 5 – 25 Mei 2008

Oleh Budi Ardianto – Koordinator Departeman Keagamaan Masyarakat LPM Wahid Hasyim

Manusia dari zaman ke zaman selalu mengalami perubahan, baik perubahan internal meliputi perkembangan tingkat kematangan jiwanya (anak-anak, belia, dewasa, orang tua) dan semua hal yang ada didalamnya (perilaku, tutur kata, cara pandang, pola pikir dsb) maupun perubahan secara eksternal meliputi adanya sebuah eksistensi dari manusia lain dan lingkungan sekitar seperti penghargaan, pujian, celaan dsb, yang keduanya (internal dan eksternal) saling keterkaitan, karena memang sesungguhnya manusia adalah makhluk yang dinamis, mengalami perkembangan dan perubahan.

Selain makhluk yang dinamis manusia juga kita kenal sebagai makhluk sosial, makluk yang memiliki sifat ketergantungan baik dengan manusia yang lain maupun dengan makhluk Tuhan lainnya. Karena sifat ketergantungan inilah manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa bantuan dari orang lain. Untuk mencukupi kebutuhannya sebagai makhluk sosial, manusia hidup secara berkelompok membentuk satu kelompok hidup yang memiliki satu tujuan hidup yakni kebahagiaan hidup. Untuk mencapai tujuan bersama itu, mereka membuat semacam komitmen bersama dengan membuat sebuah aturan (norma) hidup secara mufakat dengan berbagai cara dalam pelaksanaannya.

Mereka hidup bersama, dengan berbagai aneka karakter, berbagai cara pandang dan berfikir yang berbeda, namun kecenderungan dalam satu masyarakat akan mempunyai satu corak warna kebudayaan/ kebiasaan yang sama, sehingga antara masyarakat daerah satu dengan yang lain akan berbeda corak kebudayaan dan peradabannya, sesuai dengan kebiasaan berfikir manusia daerah tersebut. Manusia sebagai makhluk dinamis, ia juga akan mengalami perkembangan pola pikir seiring dengan perubahan peradabannya. Jika mereka berfikir secara positif dalam melakukan perkembangannya, maka kebudayaan dan peradaban yang tercipta kelak akan berdampak positif juga. Seperti contohnya adalah berfikir bahwa ”membaca jendela dunia”, melalui membaca kita dapat menikmati dunia, dan hal itu bila dibiasakan dalam setiap keseharian kita maka akan tercipta sebuah budaya membaca, yang akhirnya tercipta sebuah peradaban yang maju karena manusia yang telah mampu menciptakan dunia masa depan pada waktu yang sangat cepat.

Dan hal itu diperlukan adanya sebuah kebiasaan berfikir secara positif (positive thinking) dimulai dari usia dini dan dilakukan secara berkesinambungan hingga tingkat usia dewasa bahkan usia lanjut sehingga nantinya akan menghasilkan hubungan horizontal terhadap peradaban manusia secara keseluruhan.

Kata Kunci: Rasakanlah Makna, Wahid Hasim, Pondok Pesantren Yogyakarta

© 2008 LPM Wahid Hasyim, Hakcipta Terpelihara

Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPM) Yayasan Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta

Sekretariat: Jl. Wahid Hasyim Gaten, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta 55283 Telp. 484284 Email: lpm_wahidhasyim@muslim.com

INSPIRATORIAL – Volume II / Edisi 15 Juni – 15 Juli 2008

Oleh Muhammad Arif Kurniawan – Koordinator Departemen Pendidikan LPM Wahid Hasyim

Soetomo adalah tokoh pendiri organisasi pergerakan pertama di Indonesia yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Soetomo lahir di Ngegeh, sebuah desa kecil di Nganjuk, pada tahun 1888 (mungkin ini adalah angka keberuntungan) dan wafat di Surabaya, 30 Mei 1938.

Pada tahun 1903 Soetomo menyelesaikan pendidikannya di STOVIA dan memperoleh gelar dokter. Sang dokter muda ini kemudian mendapat kesempatan melanjutkan pendidikannya di Belanda pada tahun 1919, dua tahun sebelum memperistri seorang noni Belanda yang dikenalnya saat bertugas di Blora. Bersama teman-temanya di STOVIA Soetomo mendirikan organisasi Budi Utomo. Lahirnya Budi Utomo bermula dari diskusi yang sering dilakukan di perpustakaan School tot Opleiding van Inlandsche Artsen oleh beberapa mahasiswa, antara lain Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Mereka memikirkan nasib bangsa yang sangat buruk dan selalu dianggap bodoh dan tidak bermartabat oleh bangsa lain (Belanda), serta bagaimana cara memperbaiki keadaan yang amat buruk dan tidak adil itu. Dan Pada hari Minggu, 20 Mei 1908, pada pukul sembilan pagi, bertempat di salah satu ruang belajar STOVIA, organisasi Budi Utomo secara resmi di deklarasiakan.

Tanggal berdirinya Budi Utomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional, masa bangkitnya semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan 350 tahun (tepat 100 tahun silam, se-abad yang lalu). Masa ini juga merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.

dikutip dari berbagai sumber

Kata Kunci: Rasakanlah Makna, Wahid Hasim, Pondok Pesantren Yogyakarta

© 2008 LPM Wahid Hasyim, Hakcipta Terpelihara

Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPM) Yayasan Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta

Sekretariat: Jl. Wahid Hasyim Gaten, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta 55283 Telp. 484284

Email: lpm_wahidhasyim@muslim.com

EDITORIAL – Volume II / Edisi 15 Juni – 15 Juli 2008

Oleh Redaksi LPM Newsletter

Ketika kami hendak menyusun edisi kedua newsletter ini kami sempat berfikir, akankah kehadirannya hanya berupa pemaksaan bahwa lembaga ini milik bersama.

LPM hadir lagi kali ini, dengan obor semangatnya yang pernah redup sesekali namun selalu mencoba berkibar kembali. LPM adalah kita, Lpm milik kita bukan hanya milik Muhammad Afif Fajri Yusron (ketua lpm red) dan punggawa-punggawanya. Sebisa mungkin, kami menghindari hal-hal yang menyebabkan anggapan-anggapan semacam ini. Sejauh mungkin kami menghindari dari hal-hal yang menyebabkan anggapan-anggapan semacam ini. Dalam edisi kali ini ditekankan bahwa kehadirannya lebih berupa forum silaturrahim

Newsletter ini hadir di tengah kesibukan untuk menyambut haul ke-9 K.H. Abdul Hadi (Pendiri Pondok Pesantren Wahid Hasyim). Dengan sederetan acara yang menjadikan haul kali ini, makin meriah diantaranya Akhirussanah, Sunatan massal dan wisuda santri PPWH (MI, MTS, MA, Ma’had Aly, Madrasah Tsanawiyah 3, Madrasah diniyah, khataman Khufadz wa tafsir)dan pertemuan akbar antara pengasuh dengan wali santri.

Dan di tengah kesibukan itulah lembaga ini diharapkan tetap eksis mengabdi masyarakat.

Redaksi

Kata Kunci: Rasakanlah Makna, Wahid Hasim, Pondok Pesantren Yogyakarta

© 2008 LPM Wahid Hasyim, Hakcipta Terpelihara

Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPM) Yayasan Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta

Sekretariat: Jl. Wahid Hasyim Gaten, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta 55283 Telp. 484284

Email: lpm_wahidhasyim@muslim.com

INSPIRATORIAL – Volume I / Edisi 15 Mei – 15 Juni 2008

Oleh Redaksi LPM Newsletter

Pada awalnya buku ini kami buat atas permintaan dari ibu-ibu jama’ah pengajian di Prayan Wetan Yogyakarta. Dan pada cetakan pertamanya tersebut kami mendapat sambutan yang baik. Dan kami mencetak untuk yang kedua kalinya.

Buku ini berisi tata cara Shalat Jama’ Dan Qashar, Syarat meng-Qashar Shalat, Syarat Jama’ Taqdim, Syarat Jama’ Ta’khir, Niat-niat Shalat Jama’ dan Qashar, Niat-niat Shalat Qabliyah dan Ba’diyah, Shalat Dhuha, Shalat Sunnah Tasbih, Tahajjud, Hajat, Mayyit.

Alhamdulillahi robbil ‘alamiin, segala puji kita haturkan kepada Allah atas segala karuniaNya sehingga dengan segala keterbatasan kami, akhirnya kami dapat menyelesaikan buku ini dengan baik dan kami yakin buku ini akan banyak memeberikan manfaat.

Sedikit informasi, sampai saat buku ini telah tersebar sebanyak 100 eksemplar ke masyarakat Prayan Wetan, Yogyakarta dan sekitarya. Segala Informasi mengenai buku ini, penerbitan, pemesanan dapat menghubungi pengurus LPM Wahid Hasyim.

Kata Kunci: Rasakanlah Makna, Wahid Hasim, Pondok Pesantren Yogyakarta

© 2008 LPM Wahid Hasyim, Hakcipta Terpelihara

Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPM) Yayasan Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta

Sekretariat: Jl. Wahid Hasyim Gaten, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta 55283 Telp. 484284

Email: lpm_wahidhasyim@muslim.com